5 Perbedaan Transfer Embrio Segar dan Beku yang Perlu Anda Ketahui

Transfer Embrio Segar dan Beku

5 Perbedaan Transfer Embrio Segar dan Beku yang Perlu Anda Ketahui

Bagi pasangan suami istri yang mengalami kesulitan untuk hamil secara alami, metode-metode reproduksi bantu seperti fertilisasi in vitro (IVF) menjadi jalan keluar. Dalam proses IVF, transfer embrio adalah langkah kunci yang memainkan peran penting dalam kesuksesan prosedur ini. Namun, di dalam proses ini terdapat dua jenis, yaitu transfer embrio segar dan transfer embrio beku. Lantas, apa perbedaannya? Mana yang lebih efektif? Simak penjelasannya di bawah ini. 

Perbedaan Transfer Embrio Segar dan Transfer Embrio Beku  

Transfer embrio segar dan transfer embrio beku adalah dua metode yang berbeda dalam proses fertilisasi in vitro (IVF) dan keduanya memiliki karakteristik unik yang dapat memengaruhi hasil keseluruhan. Berikut adalah perbedaan utama antara transfer embrio segar dan transfer embrio beku: 

1. Waktu

Perbedaan antara transfer embrio segar dan transfer embrio beku adalah bagaimana embrio proses dalam program bayi tabung. Pada transfer embrio segar, embrio yang sudah siap langsung ditanamkan ke rahim setelah proses IVF selesai.

Jadi, pasangan harus mencocokkan siklus menstruasi dengan donor telur atau siklus mereka sendiri supaya waktu pemasangan embrio cocok. Ini memerlukan perencanaan yang baik agar kondisi rahim siap menerima embrio dengan baik. 

Sebaliknya, pada transfer embrio beku, embrio yang telah berhasil tersimpan dalam lemari pembeku untuk masa depan. Pasangan bisa memilih menyimpan embrio lebih banyak setelah satu siklus IVF.

Keuntungan utamanya adalah pasangan bisa lebih fleksibel dalam menentukan kapan mereka ingin mencoba menanamkan embrio lagi, tanpa perlu terlalu ketat menyelaraskan waktu dengan siklus menstruasi. Kesimpulannya, transfer embrio beku memberi pasangan lebih banyak kendali terhadap waktu penerapan embrio yang sesuai dengan keadaan dan keinginan mereka. 

Baca Juga: Tips agar Embrio Cepat Menempel di Dinding Rahim

2. Siklus Menstruasi  

Siklus menstruasi adalah perbedaan selanjutnya antara transfer embrio segar dan beku. Saat melakukan transfer embrio segar, pasien harus menjalani tahap yang disebut sinkronisasi siklus menstruasi.

Ini artinya, Anda harus menjadwalkan siklus menstruasi agar sejalan, supaya kondisi di rahim menjadi ideal untuk embrio menempel. Proses ini memerlukan perencanaan yang hati-hati dan cermat untuk menyesuaikan jadwal menstruasi Anda. 

Sebaliknya, transfer embrio beku memberikan lebih banyak kebebasan waktu. Embrio yang telah beku dapat tersimpan untuk siklus menstruasi yang berbeda.

Ini artinya, pasangan bisa lebih leluasa memilih kapan waktu yang paling pas untuk menanamkan embrio. Kelebihan ini sangat membantu bagi pasangan yang punya jadwal sibuk atau mungkin mengalami perubahan dalam kesehatan mereka. Dengan cara ini, proses penyimpanan embrio tidak harus terkait langsung dengan siklus IVF utama, memberikan lebih banyak pilihan waktu dan mengurangi stres yang mungkin muncul karena perlu menyelaraskan siklus menstruasi. 

3. Keberhasilan Pemeliharaan Embrio 

Transfer embrio segar dan transfer embrio beku memiliki perbedaan signifikan dalam hal keberhasilan pemeliharaan embrio. Pada transfer embrio segar, semua embrio yang terhasilkan selama siklus IVF harus langsung pada siklus tersebut.

Meskipun ini dapat memberikan kesempatan bagi pasangan untuk mencapai kehamilan dengan cepat, tetapi juga berpotensi menghadirkan tantangan jika siklus tersebut tidak berhasil atau jika pasangan berencana untuk memiliki anak lagi di masa depan. Dalam hal ini, pasangan mungkin perlu menjalani siklus IVF tambahan, termasuk proses stimulasi ovarium yang intensif dan mahal. 

Sementara itu, transfer embrio beku memberikan keuntungan dalam keberhasilan pemeliharaan embrio. Embrio yang tidak tergunakan pada siklus pertama dapat beku untuk digunakan pada siklus berikutnya, mengurangi kebutuhan untuk menjalani siklus IVF baru secara lengkap.

Ini tidak hanya memberikan pasangan kesempatan lebih besar untuk berhasil hamil dalam waktu yang lebih lama, tetapi juga dapat mengurangi beban finansial yang terkait dengan siklus IVF tambahan.  Pemeriksaan Genetik Praimplantasi (PGT) berlangsung saat Anda merencanakan Transfer Embrio Beku (FET) setelah pengambilan telur.

Pada proses ini, sebuah sampel kecil dari embrio melalui biopsi, lalu sampel yang mengandung DNA embrio menjalani analisis untuk menilai adanya kelainan kromosom dan genetik. Setelah PGT selesai, dokter dapat memilih hanya embrio yang normal secara kromosom untuk diimplan.

Dengan mentransfer hanya embrio yang normal, peluang keberhasilan kehamilan meningkat. Oleh karena itu, pemilihan antara transfer embrio segar dan beku menjadi krusial karena keputusan ini tidak hanya berdampak pada kesuksesan awal prosedur, tetapi juga pada perencanaan keluarga jangka panjang pasangan tersebut. 

4. Risiko Kehamilan Ganda

Perbedaan selanjutnya antara transfer embrio segar dan transfer embrio beku terletak pada risiko terjadinya kehamilan ganda. Pada transfer embrio segar, seringkali lebih dari satu embrio tertanamkan dalam satu siklus untuk meningkatkan peluang keberhasilan implantasi.

Meskipun hal ini dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan, juga berpotensi meningkatkan risiko kehamilan ganda. Kehamilan ganda dapat membawa risiko kesehatan bagi ibu dan bayi, termasuk kelahiran prematur dan masalah kesehatan lainnya.

Selain itu, kehamilan ganda dapat memberikan beban fisik dan emosional yang lebih besar pada ibu hamil. Di sisi lain, pada transfer embrio beku, dokter memiliki kendali yang lebih besar terhadap jumlah embrio yang tertanamkan.

Dengan memilih untuk menanamkan satu embrio atau jumlah yang lebih terkendali, risiko kehamilan ganda dapat kurang, memberikan kesempatan untuk kehamilan yang lebih sehat dan terkendali. Selain itu, keputusan terkait risiko kehamilan ganda juga dapat terpengaruhi oleh pertimbangan lain, seperti kondisi kesehatan pasangan, usia ibu, dan tujuan keluarga.

Diskusi mendalam dengan tim medis yang terlibat akan membantu pasangan memahami implikasi pilihan ini serta merinci risiko dan manfaatnya.  

Baca Juga: Ciri-Ciri Implantasi Embrio Berhasil dalam Program IVF

5. Biaya  

Transfer embrio segar dan transfer embrio beku dapat memiliki biaya berbeda bagi pasangan yang menjalani prosedur IVF. Transfer embrio segar cenderung melibatkan biaya yang lebih tinggi karena seluruh proses, termasuk stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, fertilisasi, dan transfer embrio dalam satu siklus.

Hal ini dapat mencakup biaya tambahan seperti pemantauan hormonal dan prosedur-prosedur tambahan yang mungkin perlu. Selain itu, jika kehamilan tidak terjadi pada siklus pertama, pasangan mungkin perlu mengulangi seluruh siklus IVF, menambah biaya secara signifikan. 

Transfer embrio beku dapat memberikan penghematan biaya yang lebih besar. Embrio selama satu siklus IVF dapat beku dan tersimpan untuk siklus berikutnya tanpa perlu menjalani langkah-langkah awal seperti stimulasi ovarium dan pengambilan sel telur kembali. Ini dapat mengurangi biaya keseluruhan, terutama jika pasangan memerlukan lebih dari satu siklus untuk mencapai kehamilan yang sukses.  

Mana yang Lebih Efektif Transfer Embrio Segar atau Transfer Embrio Beku? 

Sebelumnya, transfer embrio segar umumnya menjadi pilihan karena teknik pembekuan embrio yang kurang optimal. Namun, perkembangan dalam teknologi pembekuan telah memicu perdebatan seputar efektivitas transfer embrio beku daripada dengan transfer embrio segar.

Tingkat keberhasilan terpengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia pasien, kualitas sperma, kesehatan keseluruhan, dan sejarah perjalanan IVF mereka. Penelitian terbaru dalam jurnal Fertility and Sterility mengeksplorasi perbandingan hasil antara transfer embrio segar dan beku dalam kasus pasien IVF.

Hasil studi menunjukkan bahwa keunggulan teknik berbeda-beda tergantung pada kondisi individual pasien dan siklus pengobatan. Secara khusus, jumlah sel telur yang terhasilkan oleh pasien memiliki dampak signifikan pada tingkat keberhasilan, di mana transfer embrio beku lebih menguntungkan bagi pasien yang menghasilkan 15 sel telur atau lebih.

Sebaliknya, pasien dengan respon rendah dan sedang yang menghasilkan 14 sel telur atau kurang, cenderung mencapai tingkat kehamilan dan persalinan yang lebih tinggi dengan menggunakan transfer embrio segar.  Secara keseluruhan, tampaknya terdapat sedikit perbedaan dalam angka kelahiran hidup dan kehamilan berkelanjutan antara transfer embrio segar dan beku.

Keputusan antara kedua strategi tersebut tetap bergantung pada dinamika individual pasangan serta situasi khusus yang mereka hadapi. Pasien yang memenuhi syarat untuk transfer embrio segar dapat merasa yakin melanjutkan setelah mendiskusikan secara menyeluruh dengan penyedia layanan kesehatan mereka. 

Baca Juga: Embryoscope Timelapse Incubators untuk Menemukan Embrio Berkualitas dalam Waktu Singkat

Perbedaan ini harus Anda dan pasangan pertimbangkan. Lalu, keputusan antara transfer embrio segar dan beku juga harus didasarkan pada kebutuhan khusus dan prefensi pasangan. Sebaiknya, berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan proses yang sesuai dengan kondisi Anda dan pasangan. 

Telah direview oleh dr. Denny Khusen, Sp.OG, FICS

Source:

Tim Konten Medis
Terakhir diperbarui pada 21 Maret, 2025
Dipublikasikan 31 Januari, 2024